Showing posts with label el Asyi Mesir. Show all posts
Showing posts with label el Asyi Mesir. Show all posts

Wednesday, November 21, 2018

TELISIK AL-AZHAR MESIR


Oleh : Furqan Ar-Rasyid (Mahasiswa Al-Azhar Mesir Tingkat Akhir)
Sekilas tentang Universitas Al-Azhar, Mesir.
TELISIK AL-AZHAR MESIR
Mesjid Al-Azhar, Cairo, Mesir

TELISIK AL-AZHAR MESIR - Universitas Al-Azhar didirikan pertama kali pada tahun 970 M oleh panglima Jauhar al-Shiqilly, kemudian dibuka resmi dengan pelaksanaan salat jumat bersama tepat tanggal 7 Ramadan tahun 972 M. Di usianya yang sangat renta, lembaga pendidikan ini tak pernah bosan membidani lahirnya ulama dan cendikiawan. “Mesjid sekaligus institusi tertua,” itulah penghargaan sejarah buatnya.

Kehadiran Al-Azhar, tidak terlepas dari andil besar Dinasti Fathimiyah (358 H/969 M). Ketika itu Khalifah al-Mu’iz li Dinillah menugaskan Panglimanya Jauhar al-Shiqilly untuk membangun pusat pemerintahan. Sudah menjadi kebiasaaan, setiap pergantian kekuasaan dan daulah selalu ditandai dengan pembangunan mesjid di pusat ibu kota. Setelah melalui tahapan pembangunan, daerah ini dikenal dengan nama al-Qahirah dengan mesjidnya yang bernama Jami’ al-Qahirah.

Pada masa Khalifah al-Mu’iz li Dinillah disekitar Jami’ al-Qahirah dibangun beberapa istana megah dan dipisahkan oleh sebuah taman nan indah. Karena kondisi Jami’ al-Qahirah yang indah dan bercahaya ini, orang pun menyebut Jami’ al-Qahirah dengan sebutan baru, Jami’ Al-Azhar (berasal dari kata Zahra’ artinya: yang bersinar, bercahaya, berkilauan). Proses belajar terus digalakkan  disini dengan penekanan utama pada ilmu-ilmu agama dan bahasa.

Pada masa pemerintahan Shalahuddin al-Ayyubi (567 H/1171 M), Al-Azhar sempat diistirahatkan sementara waktu dan membentuk lembaga alternatif guna mengikis pengaruh syiah, pada dekade inilah terjadi perubahan orientasi besar-besaran dari mazhab Syi’ah ke mazhab Sunni yang berlaku hingga sekarang.

Tahun 1930, ditetapkan 3 Fakultas utama dalam tubuh Universitas Al-Azhar, yaitu Fakultas Syari’ah, Ushuluddin dan Bahasa Arab, hingga berdirinya Fakultas Dakwah di tahun 1978.

Sedang untuk Fakultas dirasat Islamiyah, awalnya adalah salah jurusan yang ada pada Fakultas Syariah,  yang kemudian setelah berlakunya keppres no. 7 tahun 1972 Fakultas ini berdiri sendiri dengan nama Ma’had Dirasat Islamiyah wal ‘Arabiyah (Institute of Islamic and Arabic Studies).

Sampai sekarang ini, kegiatan belajar-mengajar di Al-Azhar tidak pernah terhenti. Setiap tahunnya ribuan mahasiswa asing berdatangan dari berbagai belahan dunia, tujuan mereka hanya satu, yaitu menyerap ilmu dengan sebanyak-banyaknya di Universitas Al-Azhar ini.

“Universitas Al-Azhar”
Awal Berdiri : 24 Jumada al-Ula 359 H (970 M)
Pendiri : Jauhar al-Shiqilly
Peresmian : 7 Ramadan 361 H
Pengajar pertama : Qadhil Qudhah Abu al-Hasan Ali bin Nu’man al-Qairawani(mengajar Fiqh mazhab Syi’ah dari kitab Mukhtashar)
Direktur pertama : Bahadir al-Tawasyi
Syeikh  Al-Azhar pertama : Syeikh Muhammad al-Khurasyi
Pengubah orientasi dari Syi’ah ke Sunni : Salahuddin al-Ayyubi




Secara umum, pendidikan yang ada di Universitas Al-Azhar dibagi menjadi dua : ‘Ilmi(sains) dan Adaby (agama). Letak kedua kampus tersebut juga terpisah meskipun tetap dalam wilayah kota Kairo.  Fakultas-fakultas ‘ilmy sebagian besar berada di wilayah Nasr City, Sedangkan Adaby berada di daerah Husein, Darrasah.

Sudah menjadi kebijakan Al-Azhar, menjadikan lokasi kampus yang berbeda antara mahasiswa dan mahasiswi, kampus mahasiswi terletak di kawasan Nasr City untuk untuk sains dan agama.
Selain di ibukota Kairo, Al-Azhar juga membuka cabangnay di berbagai propinsi di Mesir, seperti di Alexandria, Tanta, Mansurah, Zaqaziq, Asyut, Dimyat dan Sebagainya.

Belajar di Al-Azhar.
Suasana belajar di Negeri pyramid ini sangatlah berbeda dengan belajar di Tanah ibu, Musim panas dan musim dingin tentu menjadi tantangan tersendiri bagi seorang talibul ilmi. Kuliah yang di gelar ketika musim dingin bersama jaket tebal, ujian semester di tengah puncak musim dingin, menjadi kenangan yang tak terlupakan bagi mahasiswa di sini.

Di tengah suasana liburan musim panas pun mahasiswa di sini masih menyempatkan talaqqi atau belajar, ketika Universitas libur selama 3 bulan setiap tahunnya, mahasiswa disini menyibukkan diri dengan belajar langsung atau halaqah keilmuan bersama para syeikh,  atau kegiatan lainnya, seperti beorganisasi, mengikuti Les bahasa asing dan lain sebagainya.

Suasana di dalam ruang kuliah pun sangat berbeda, untuk srata I misalnya,  kuliah digelar layaknya kuliah umum di sebuah aula, para pengajar dilengkapi denganmicrophone agar suaranya terdengar jelas, maklum saja satu ruangan diisi ratusan mahasiwa. Sedikit telat saja, kita tak akan mendapat tempat duduk dan harus berdiri sampai materi kuliah selesai.

Sukses atau tidaknya kuliah di Al-Azhar sebenarnya sangat bergantung pada diri kita sendiri. Ketekunan dan keseriusan seorang mahasiwa sangat dituntut di sini,  tidak ada istilah pendekatan ke Dosen atau sebagainya, tidak ada istilah curang ketika ujian. Semua yang dihasilkan adalah murni hasil keringat sendiri.  Anda tidak percaya? Silahkan nyontek ketika ujian, walhasil Al-Azhar men-skorsing  Anda 2 tahun tidak diperbolehkan kuliah.

Lain lagi kalau bercerita tentang hasil ujian, Alhamdulillah jika semua mata kuliah berhasil Anda lewati, Anda bisa beranjak ke tingkat atau semester berikutnya, namun bila ada 3 saja mata kuliah yang gagal, anda terpaksa harus mengulang tahun depan, tidak ada istilah remedial atau perbaikan nilai.  di Al-Azhar juga tidak diberlakukan absen atau daftar hadir, tidak ada hubungannya kehadiran dengan nilai dan keilmuan, siapa yang sadar akan pentingnya ilmu, insya Allah ia akan selalu hadir kuliah, siapa yang lalai ia akan tertinggal, Al-Azhar tidak akan memaksakan Anda untuk kuliah.

Belajar di Universitas Al-Azhar semuanya beranjak dari kesadaran, sebesar mana kesadaranmu, sebesar itulah keuntunganmu. Semuanya dimulai dengan keikhlasan niatlillahi ta’ala. Tanpa paksaan, tanpa dorongan dan tanpa iming-iming sesuatu. Semoga ilmu yang kita pelajari selama di Al-Azhar bisa bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa ini. Amin.



Nasib Saudaraku di XianJiang

NASIB SAUDARAKU DI XIANJIANG

Naskah buletin el-Asyi, yang nggak jadi dimuat coz sama ide tulisannya dengan penulis yang lain. ngga papa lah.. jadiin koleksi.. hehe


================

NASIB SAUDARAKU DI XIANJIANG
Muslim Xianjiang Uighur


NASIB SAUDARAKU DI XIANJIANG “Tentara Cina melepaskan tembakan ke sekelompok muslim Ughur di pinggiran Kota Urumqi, provinsi Xianjiang. Muslim Uighur yang ditahan dalam kerusuhan juga dilarang menjalankan puasa, mereka yang tetap berpuasa akan dipaksa menelan makanan dan minuman sambil menerima hinaan karena perlawanan mereka”.




Tentu hati kita akan terenyuh setiap kali membaca berita pembantaian kaum muslimin, seperti halnya salah satu lead berita di atas, setiap hari selalu saja ada kekerasan terhadap kaum muslimin atau aksi-aksi menuding islam sebagai agama teroris, tak hanya di belahan timur tengah, kejadian seperti ini terus saja terjadi di belahan bumi manapun.



Sungguh kuasa Allah SWT., dengan kalamnya mampu mendeskripsikan penolakan kaum Yahudi dan Nasrani akan kebangkitan dan kejayaan islam di muka bumi ini, dari dahulu, sekarang dan akan datang, Sangat jelas terpampang dalam sebuah firman-Nya :



“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu sehingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”.



Kilas balik



Cina adalah wajah baru Israel, begitu kebanyakan orang menyebutnya, layaknya Israel yang membantai kaum muslimin di Palestina, Cina juga melakukan hal yang sama. Sebuah pembantaian massal yang dilakukan Cina terhadap muslim Uighur sebagai bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah Cina yang diskriminatif, mengakibatkan 156 orang tewas, 1434 ditahan dan lebih dari 1.000 lainnya terluka.



Tersebutlah, Ibu kota Xinjiang, Urumqi, terus bergejolak. Umat islam etnis Uighur di sana masih terus terancam hidupnya. Terlebih, setelah aparat keamanan Cina membantai mereka, kini giliran ribuan etnis Han (etnis mayoritas yang di-anak emas-kan), yang sengaja dimukimkan pemerintah Cina di wilayah Xinjiang, turun ke jalan-jalan di Urumqi untuk memburu warga muslim yang tak berdaya.



Muslim Uighur adalah warga muslim Cina yang menggunakan bahasa Turki. Jumlah mereka di wilayah Xinjiang sekitar delapan juta jiwa dan kerap mengalami tindakan sewenang-wenang dan diskriminasi dari pemerintah Cina. Pemerintah Cina menuding kelompok separatis muslim Uighur yang ingin memisahkan diri dari Cina telah menyusun rencana untuk mengganggu pelaksanaan olimpiade di Beijing. Namun kelompok-kelompok organisasi hak asasi manusia menyatakan pemerintah Cina terlalu berlebihan dalam menyikapi hal tersebut.



Terlepas apa faktor yang melatar-belakangi pembantaian terhadap muslim minoritas di Xianjiang ini, yang jelas perbuatan Cina ini telah mengundang kemarahan dari umat islam sedunia. Pemerintah Cina terus berusaha menghapus identitas islam di Xianjiang. Cina juga menyerukan penghapusan ritual keislaman. Muslim juga dilarang untuk mempelajari segala hal oleh Arab, Turki dan Persia. Diskriminasi juga terjadi di bidang ekonomi. Wilayah Xinjiang yang sebenarnya sangat kaya, memasok lebih dari 40 persen cadangan energi (minyak, gas dan batubara) Cina, tapi rakyatnya hidup dalam kemiskinan.



 Pelanggaran HAM



Utusan PBB untuk kasus penyiksaan, Manfred Nowak, dalam kunjungannya 12 hari ke Xianjiang dan Tibet, menyatakan bahwa praktek-praktek pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) masih marak terjadi di Cina walaupun pelanggaran HAM itu secara resmi sudah dilarang di Cina. Pernyataannya diperkuat oleh investigasinya yang terkesan dihalang-halangi oleh para pejabat setempat yang memantau wawancaranya dengan para keluarga narapidana.



Jenis hukuman pada Abad pertengahan seperti hukuman gantung, dirajam dan dipotong-potong sudah tidak ada lagi di dunia. Namun, ada laporan bahwa metode penyiksaan tersebut kini masih digunakan pada sejumlah tahanan politik di Cina, dan diperkirakan kebanyakan korbannya masih hidup.



Menutup Mesjid



“Tidak ada pelaksanaan salat Jumat”, begitulah keputusan pemerintah Cina ketika muslim Uighur bersikeras untuk salat jumat di mesjid, namun di tengah-tengah larangan ke mesjid, sejumlah mesjid di kawasan Xinjiang tetap melaksanakan shalat Jumat.





Sementara itu, mesjid di kota Urumqi, ditutup untuk pelaksanaan salat jumat dan polisi dikerahkan untuk mencegah kemungkinan terjadinya aksi kerusuhan baru antar etnis yang bersiteru. Sejumlah muslim Uighur mengatakan, mereka telah diperintahkan untuk melaksanakan salat di rumah saja. Penutupan tempat ibadah itu semata-mata karena alasan keamanan setelah perang etnis meletus; antara muslim Uighur dengan Han Cina.



Di lain kesempatan, pemerintah otoriter Cina di wilayah Xianjiang juga menghancurkan sebuah mesjid, karena mesjid itu menolak memasang umbul-umbul yang menyatakan dukungan terhadap pelaksanaan olimpiade di Beijing, tentunya Cina sangat mewaspadai terjadinya kericuhan dan berharap suksesnya penyelenggaran olimpiade Beijing, sebagai wasilah memulihkan nama baik Cina di mata dunia akibat kasus-kasus pelanggaran HAM yang dilakukannya.



 Pertahankan komunis



Sudah menjadi prinsip Cina, bahwa sifat dan sikap komunis harus dipertahankan dengan cara apapun, berbagai cara ditempuh agar komunis ini terkesan halal, baik karena kepentingan politik atau karena faktor agama.



Situasi semakin memanas ketika pemerintah Xianjiang kembali mengeluarkan ultimatum yang tidak adil dan tidak menghormati hak asasi manusia terhadap muslim Uighur. Mereka (muslim Uighur) diancam akan dipecat dari pekerjaannya jika diketahui tidak makan pada jam makan siang, padahal muslim Uighur sedang menjalankan ibadah puasa. Hal itu merupakan bagian dari kebijakan pemerintah Xianjiang untuk memaksa muslim Uighur berhenti melakukan ritual ibadahnya selama bulan suci Ramadhan.



Para imam masjid dipaksa untuk berceramah kepada yang lain bahwa puasa adalah aktifitas yang berbahaya bagi kesehatan. Jika tidak, sertifikasi ke-teungku-an mereka akan dicabut. Para pemilik rumah makan muslim-pun dipaksa menandatangani sebuah perjanjian yang menyatakan bahwa rumah makan akan tetap buka dan menjual minuman selama bulan Ramadhan, jika tidak, ijin usahanya akan dicabut.





Kemerosotan ekonomi.



Kejadian Xianjiang beberapa waktu lalu, sepertinya membuat Cina harus berpikir dua kali jika hal serupa kembali terulang, pasalnya Cina semakin khawatir jikalau produk-produknya yang selama ini laku keras di negara islam harus mengalami penurunan yang drastis. Sebut saja Yaman, untuk saat ini sudah membatalkan semua bisnis dengan Cina dan mereka mulai memboikot produk negara Tirai Bambu tersebut.



Sementara Turki, negara yang paling keras mengkritik pemerintah Cina atas apa yang terjadi di Xinjiang, hal ini lebih dikarenakan Turki mempunyai hubungan budaya dengan Muslim Uighur; dikarenakan Muslim Uighur masih banyak yang menggunakan bahasa Turki. Turki juga menyerukan boikot terhadap produk Cina sebagai protes terhadap aksi kekerasan yang dilakukan pemerintah Cina terhadap muslim Uighur minoritas ini.



 Penutup



Apa yang terjadi terhadap muslim Uighur dan aksi-aksi sesudahnya di wilayah Xinjiang, jelas menunjukkan bahwa umat Islam minoritas di manapun, berada dalam kondisi yang memprihatinkan, hidup di bawah tekanan dan penindasan penguasa di wilayah itu. Selebihnya tentang slogan-slogan keadilan, kebebasan beragama dan perlindungan HAM, hanya omong kosong belaka dan tidak berlaku untuk orang islam. Tapi jika non-muslim yang tertekan kebebasan beragamanya, maka barulah nilai-nilai HAM ini diperjuangkan. Wallahu A’lam.




*Staf Redaksi buletin el -Asyi KMA Mesir



Dikutip dari berbagai sumber

Dering Hp Misterius !!!

DERING HP MISTERIUS

DERING HP MISTERIUS 

Kisah Nyata, di kost-qu, Dar el Salam, Cairo


Di Desaku ada seorang imam mesjid yang sudah sangat tua, umurnya mungkin sekaitar 70-an, walaupun harus berjalan dengan memakai tongkat apabila kemesjid, namun beliau selalu hadir di mesjid tepat waktu dan meng-imam-i jama’ah di desa itu.



Kejadian ini terjadi saat Aku shalat magrib secara berjama’ah di sebuah mesjid, seperti biasanya sesudah iqamat sebelum takbir, sang Imam selalu mengingatkan para jama’ahnya untuk mematikan handphone agar pelaksanaan ibadah tidak terganggu karena dering nada handphone.



“ Mohon yang punya handphone agar di non-aktifkan”. Kata imam sebelum salat dimulai.



Lalu para jamaah segera menon-aktifkan handphone mereka masing-masing, tak terkecuali diriku. Setelah semuanya merasa sudah mematikan handphone nya, mulailah Imam tersebut membalikkan badannya menghadap kiblat untuk salat, namun tiba-tiba jama’ah dan imam dikejutkan dengan bunyi handphone dari seseorang, kembali lagi Sang Imam tadi membalikkan badannya ke a rah jama’ah dengan raut muka yang mungkin agak sedikit kesal karena beliau sudah mengingatkan jama’ah ketika hendak memulai salat tadi.



“Siapa lagi ini yang handphone nya masih aktif ?”, serunya



Padahal tadi sudah saya peringatkan”.



Handphone masih tetap berdering. Para jama’ah saling bertatapan satu sama lain untuk meyakinkan dari mana asal suara dering handphone, bahkan diantara mereka ada yang memeriksa ulang apakah handphone nya sudah mati atau belum. Namun semuanya tetap tenang termasuk diriku, akan tetapi suasana tenang tiba-tiba berubah jadi riuh seketika ketika Aku menyadari ternyata orang-orang sedang memandangiku dengan muka yang agak sedikit masam. Aku baru sadar kalau tanganku yang masih berada di kantong celana menimbulkan kecurigaan dari para jama’ah seolah dering itu berasal dari handphone ku.



Kali ini giliran sang Imam tua tadi yang memandangiku dengan wajah berkerut, seolah belaiau kecewa dengan sikapku karena tidak mendengar amaran nya tadi. Aku pun yang merasa dipojokkan berusaha untuk membela diri, lalu kukeluarkan Hp-ku dari kantong dan ku tunjukkan pada jama’ah dan imam.



“ Ini, sudah saya non-aktifkan !”, sahutku membela diri seraya mengangkat handphone ke atas.



Sementara itu suara handphone misterius tadi masih saja berdering



Kali ini giliran Imam yang kena batunya,





“ Pak, coba diperiksa handphone nya, mungkin Hp bapak yang berdering !”, kata salah satu pria yang hadir kala itu.



“iya, sebentar”. Sahut imam.



Secepatnya sang Imam merogoh kantong celananya dan mengeluarkan Hp-nya.



“Oo…. Iya. Hp saya yang berdering”, Sahut Sang Imam rada-rada malu. Sekaligus Ia meminta maaf kepada para jama’ah yang hadir saat itu.



Dari shaf belakang, ada yang tertawa cekikikan melihat perangai sang Imam, sementara aku dan jamaah barisan terdepan hanya sanggup menahan tawa dalam hati demi menjaga perasaan sang Imam, apalagi orang tua.



*****

cerita ini pindahan dari blog saya sebelumnya; ada 2 komentar yang masuk :P



DERING HP MISTERIUS

Interaksi Sosial dan Warung Kopi; Ada apa?

INTERAKSI SOSIAL DAN WARUNG KOPI, ADA APA?

Published at buletin el-Asyi-MESIR


 Oleh : Furqan Ar-Rasyid

INTERAKSI SOSIAL DAN WARUNG KOPI, ADA APA?
When Coffe is Your Lifestyle


INTERAKSI SOSIAL DAN WARUNG KOPI, ADA APA? - Siapa Bilang Warkop selalu identik dengan tempat yang menjenuhkan? Kata kata diatas mungkin akan terucap ketika seseorang menemukan nilai-nilai Tarbiyah baru yang ada di warung kopi. Mungkin anda akan heran bagaimana seseorang bisa menemukan nilai tarbiyah di warung kopi, ini juga Sebagai sanggahan terhadap mereka yang mengatakan kalau di warung kopi itu kita tidak ada apa-apa selain puntung rokok dan suara-suara manusia yang menjenuhkan. Lalu, siapa yang menyangka kalau ternyata ada seorang Syeikh yang mengaji diwarung kopi?.




Berbicara mengenai bagaimana hidup dimesir tentu tidak akan terlepas dengan keadaan geografis mesir dan hubungan langsung dengan masyarakat mesir sendiri. Dimana setiap individu dituntut untuk berta’amul langsung dengan masyarakat Mesir dalam segala proses ijraat yang berlangsung selama seseorang tersbut masih menetap di mesir.



Bagi Anda Masisir yang giat berta’amul langsung dengan mesir dan seluk beluknya mungkin akan banyak menemukan keunikan negeri ini, yang mungkin  belum banyak ditemukan oleh masisir yang asyik “mengurung diri” pada sekelompok komunitasnya saja,  membatasi dan menghindarkan dari pergaulan dengan negeri ini dan segala hiruk pikuknya, Faktor yang pertama mungkin bisa terjadi karena akibat kejahatan yang kian marak terjadi terhadap kaum masisir, sehingga masisir lebih memilih untuk tidak mau berta’amul dengan masyarakat mesir. Faktor yang kedua juga dipicu oleh Pengetahuan maba yang sangat minim tentang  keadaan mesir yang sebenarnya. Bahkan ada yang tidak tahu sama sekali bagaimana kehidupan mesir yang sesungguhnya.



Mari kita melihat Sebut saja warung kopi ” Nadi Salam ” yang terletak di Tarret El Gabal, el-Zaitoun, Cairo. Sekilas memang terlihat hanya seperti warung kopi biasa. Tapi cobalah masuk ke dalamnya, disana Anda akan melihat sesuatu yang berbeda dari warkop-warkop pada umumnya, yang paling menarik dan yang tidak ada seorangpun yang menyangka ada syeikh yang mengaji di warung kopi.



Pada awalnya, tiada pula yang menyangka kalau beliau seorang qari, tidak ada tanda tanda kalau beliau seorang qari, baik dari segi penampilan atau gaya beliau saat itu. Ternyata setelah beberapa saat beliau berada ditempat  itu, beliau mengalunkan beberapa Ayat Al-quran dengan suaranya yang merdu, mungkin layak  disejajarkan dengan Syeikh Abdul Basit Abdul Samad sepertinya. Tidak Ada yang Tahu apa tujuan beliau mengaji Di warung kopi ?, kata pemilik warung beliau sering melakukan hal hal yang sama di Warkop-warkop lainnya.



Bagi kita, itu merupakan peristiwa yang baru, Tapi bagi Warga mesir hal yang demikian telah menjadi Hal yang biasa,  tidak Ada penghargaan berarti dari segi material apapun, mereka hanya mengharap Ajr  dari Allah dan berbuat dengan Ikhlas. Pernahkan Anda membayangkan Anak-Anak penghafal quran Cuma diberi 20 LE ? Ya, kejadiannya terjadi pada Akhir bulan  Ramadhan kali ini, memang  biasa yang terjadi setiap tahun pada ramadhan tahun-tahun sebelumnya, khususnya pada malam-malam menjelang Akhir ramdhan, dimana Anak-anak yang yang sudah mengkhatamkan hafalannnya dikumpulkan untuk di-parade-kan di depan para jama’ah yang hadir. Setiap anak di uji  hafalan bacaan Al-qur’annnya  oleh imam yang dipercaya masyarakat kampung itu. Kebiasaan ini menjadi hal yang tidak asing  lagi bagi Anda para masisir yang sering ber –ta’amul dengan Masyarakat mesir secara langsung, yang ikutan bermusyarakah bersama mereka pada bulan Ramadhan, Salat taraweh  dan witir bersama dan lain sebagainya seperti di mesjid Al- Maghfirah di Dar el Salam, Cairo.



Ya, masyarkat mesir Sangat memperjuangkan nilai-nilai keikhlasan.



Sekelumit kejadian diatas hanya bisa  dialami oleh mereka yang suka hidup sekeliling masyarakat mesir, berta’amul dengan mereka secara langsung dan mendapatkan segala Ilmu-ilmu sebagai bekal kehidupan, harus diakui memang prestasi Akademis kuliah saja tidak cukup, kemampuan seseorang yang diperoleh dari kuliah tidaklah selalu menjamin kelanggengan hidupnya dimasa yang akan datang, tanpa di barengi dengan ilmu sosial masyarakat.





Memang tidak salah lagi, kalau Mesir adalah Negara yang sarat dengan Ilmu dan peradaban, kemanapun Anda melangkah Anda akan selalu mendapatkan pengalaman dan Ilmu yang baru, kapanpun dan dimanapun, segala ilmu, bahkan lebih jauh bukan hanya sekedar ilmu musa A.s, tapi juga anda bisa mendapatkan ilmu Fir’aun sekaligus bila tidak dibarengi dengan Keyakinan dan kepahaman Agama yang kuat.



Intinya, Don’t jugde People by  Their looks, itu mungkin kalimat yang cocok untuk Negara Mesir ini, disamping banyak yang menjulukinya dengan  nama yang lain. Kehidupan mesir yang penuh hiruk pikuk., proses ijraat yang sangat melelahkan. Dang berbagai  masalah maslah lain yang muncul. Tapi itulah mesir, walaupun demikian, ternyata ia menyimpan berbagai keunikan keunikan tersendiri yang  tidak disangka dan bahkan sama sekali tidak kita temukan di Indonesia. Pantas saja ia tersohor karena  Ilmu dan peradaban yang ia miliki, jika Anda menelusurinya lebih jauh, tentu  Pada Akhirnya Anda akan sampai pada ucapan “ wah, ternyata Mesir itu indah sekali “.

Pengalaman Asik Bukber di Mesir

Oleh : Furqan Ar-Rasyid

Pengalaman Asik Bukber di Mesir - Kejadian ini terjadi pada pertengahan bulan Ramadhan setahun yang lalu. Menjelang hari-hari terakhir pertengahan bulan Ramadhan, aku masih berkutat dengan tugas-tugas organisasi, merampungkan berbagai agenda-agenda yang belum terselesaikan, berharap semuanya tuntas sebelum datangnya sepuluh terakhir Ramadhan, sebab biasanya kegiatan organisasi terhenti total dan kawan-kawan se-organisasi memilih untuk iktikaf.


Di Dar el Salam, Kairo, pagi itu jam 10.30. Aku berangkat menuju stasiun kereta api, berjalan menyusuri pasar tradisional yang penuh sesak dengan manusia, tak habis pikir, jalanan di pasar saja bisa macet seperti ini, padahal jalanan pasar itulah satu-satunya jalur alternatif untuk menghindari macet. Eumm… mungkin karena semua saudaraku di sini berpikiran sama denganku, jadinya mereka memilih jalan ini juga.

“Birraahah ya gamaa’ah…!” (pelan-pelan…!), tukasku ketika ada seorang pemuda mendobrak massa kemudian masuk menyelinap diantara kerumunan. Namun celotehanku tak digubrisnya, sepertinya ia memang sedang terburu-buru.

“Eee yaa ‘amm…! Syuftannasi zahmah di…wallahi haram ‘alaik…!” (kamu ini…! Nggak liat apa orang berdesakan di sini… kamu nggak seharusnya begitu…!”) Seorang paruh baya berteriak seraya mengangkat barang bawaannya, dengan nada kesal dan begitu marah.

Aku benar-benar terkejut kali ini, pasalnya siapa yang tidak jengkel coba, ditengah kerumunan ramai begini, masih ada juga yang melintasi jalanan pasar mengendarai sepeda motor, padahal jalan itu hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki saja. Ya Rabb…musibah apa lagi ini? Empunya motor, terlihat bingung, ia sudah terlanjur masuk dengan motornya, mau mundur tidak mungkin, maju pun susah, ditambah dengan picingan mata setiap manusia yang melihat tingkahnya, akhirnya aku pun berlalu tanpa tahu kisah pemilik motor ini selanjutnya. Dalam hati aku bergumam, “suasana panas, kerumunan manusia, suara bising, suara gaduh pedagang menjajakan dagangannya, kesabaranku, semuanya harus kulalui di bulan yang mulia ini. Tabahkan hamba ya Allah.”

***********
“Berapa orang?” Tanya penjual karcis kereta api kepadaku.

“Satu saja, pak!” Jawabku.

Trrrttt……trrrrt…..trrrrrt….. suara print-out karcis terdengar dari printer tua milik petugas karcis ini, aku suka suara butut ini, bagiku ada kenangan tersendiri bila mendengar suara ini, suara yang menemaniku tinggal di Mesir bertahun-tahun, kuliah, dan pergi sana-sini.

Dari stasiun Dar el Salam, aku menuju stasiun Mubarak di Ramsis, perjalanan itu membawaku pada bilangan waktu ke pukul 11.00, saatnya mencari angkutan micro-busmenuju Nasr City, perjalananku masih panjang sementara matahari semakin meninggi, ya Allah panasnya… Aku membayangkan bagaimana umat Nabi Musa dahulu kala ketika menjalankan puasa, bagaimana perjuangan Nabi Musa AS dan Harun AS di tengah panasnya Mesir, Bagaimana perjuangan Nabi Yusuf AS memimpin negeri ini ketika paceklik yang datang di masanya. Bagaimana perjuangan Imam Syafi’i menimba ilmu kesana-kemari dari para gurunya. Aku terhentak ketika bayangan-bayangan ini terhenti pada pertanyaan; ya Allah.. seperti apakah nantinya panas di padang mahsyar? sementara kala itu jarak matahari dengan kepala manusia tingginya hanya sejengkal…. Ya Allah…

Di dalam bus Aku mencoba untuk terlelap, tiba-tiba handphone-ku berdering…

Ilham Sitorus..

Calling….

  “Halo… Assalamualaikum Ham..” Aku yang mulai menyapanya.

“Wa’alaikum salam.. Qan.. Lagi dimana? Kapan ke Asyir (Nasr city)?” Balasnya.

“Lagi di Ramsis Ham…dalam perjalanan menuju Asyir.”

“Singgah ke rumahku ya…buka puasa di sini” Tukasnya

“Yoo i, tapi aku ke sekretariat kekeluargaan Aceh dulu ya, ada sedikit kerjaan…” jawabku memastikan.

“Sip…sip…” ucapnya..

“udah dulu ya Qan, nanti kalau udah siap kerjaannya, kabarin ya…Assalamu’alaikum”

“Wa’alaikum salam.”  jawabku ringan.


Ilham Sitorus, aku mengenalnya sejak tahun 2007, dari namanya saja ketahuan bahwa ia berasal dari Medan, tapi entah mengapa sampai di Mesir ia bergabung dengan kekeluargaan Tapanuli Selatan. Atau memang ia berasal dari Tapanuli ya? Akhh…bingung awak…

 Perkenalan kami pertama sekali di Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), Blang Bintang, Aceh Besar. Saat itu aku yang menjemputnya, orangnya hitam manis, punya tahi lalat di pipi, lebih tinggi dan lebih kurus dariku tentunya, orangnya sederhana dan suka bercanda. Tanpa rasa canggung, kami langsung bisa saling akrab ketika itu.

Ilham adalah santri tamatan dari salah satu ponpes di Medan yang akan melanjutkan pendidikan ke Mesir, rencananya ia akan berangkat melalui bandara SIM bersama-sama teman Aceh lainnya, termasuk diriku, sejak itulah kami terus berteman sampai sekarang.




********

Tibalah aku di Nasr City, Kediaman sebagian besar Mahasiswa Indonesia berpusat di sini, tampuk organisasi Mahasiswa juga ada di Nasr City, segala kegiatan mahasiswa juga dilangsungkan di sini. Mahasiswa asing lainnya juga banyak yang tinggal di sini.

Begitu turun dari micro-bus, hawa panas langsung menyapaku, mengundang peluh dan keringat, rasanya ingin menceburkan diri ke bak mandi, rasa gerah luar biasa, berharap azan magrib cepat dikumandangkan, agar seteguk air bisa mengalir di dalam tubuh ini.



Namun aku tak kalah ide untuk yang satu ini, bukan orang Indonesia namanya kalau kehilangan ide, berhubung jalan ke sekretariat kekeluargaan berpapasan dengan kantor konsuler KBRI, aku menyempatkan diri singgah di sana, sekedar mencari informasi sekaligus merehatkan diri, di dalam konsuler udaranya sejuk, sebab ruangannya ber-AC. Sebenarnya sih, ingin berteduh dan sedikit mencari udara dingin, sebab diriku ketika itu  memang tak punya keperluan apapun di konsuler.

Seiring waktu tanpa kusadari, ini menjadi kebiasaanku kalau kepanasan, tak sekedar ke konsuler, terkadang supermarket yang ada AC nya juga ku singgahi, walaupun hanya sekedar melihat barang-barang saja, tanpa membeli. Semoga yang punya AC nya di berkahkan rezekinya oleh Allah SWT. Amin.

*************

Jam Sudah menunjukkan pukul 17.28, masih ada sekitar dua jam lagi sebelum waktu berbuka puasa tiba, sementara diriku belum kelar dengan berbagai urusan di sekretariat. Hp ku kembali berdering, Ilham kembali menelepon:

“Iya Ham…”

“Uda kelar tugasnya?” Tanya Ilham.

“Belum nich, Ham..! sepertinya aku nggak bisa ke rumah antum (kamu dalam bahasa arab-red), mungkin aku buka puasa di sini saja.” Timpalku.

“Nggak boleh! Udah disiapin ne menu berbukanya, gimana sich?” Jawabnya ketus.

“Yaudah, siapin terus tugasnya… aku tunggu ya, pokoknya antum harus buka puasa di rumah ane, oke?” Sambungnya.

“Okelah kalau begitu”. Jawabku datar.

Seketika kuambil langkah gesit menyelesaikan semua tugas, secepat mungkin, aku ingin memenuhi undangan temanku yang satu ini. Aku tak mau mengecewakannya.

****

Jam 19.05 semua urusanku kelar, masih ada sekitar setengah jam lagi sebelum waktu berbuka. Kini aku sudah berapa di depan pintu rumahnya.

“Tok..tok…tok.. Assalamualaikum.”

“Wa’alaikum salam, masuk Qan.” Seru Ilham seraya membukakan pintu

Kupandangi seisi rumahnya, tak ada yang berbeda, tak ada tanda-tanda ada acara buka puasa bersama, semuanya sunyi sepi, juga tak ada bau makanan di dapur. Orang-orang rumah pun terlihat santai dan tenang. Setelah cuap-cuap ngobrol selama beberapa menit, Ilham melirikku:

“Ayo, berangkat!”

“Kemana?” Tanyaku.

“Sudah… ikut saja!”. Timpalnya.

Kami keluar dari rumah, menyusuri lorong-lorong belakang rumah, upps…sepertinya lorong ini tak kelihatan asing bagiku, lima menit berjalan, akhirnya langkah kami terhenti di depan sebuah Mesjid.

“Welcome home. Selamat berbuka puasa!” Celutuknya dengan cekikikan berujung tawa.

Akhirnya gelak tawa pun pecah, Tak kusangka ia begitu tega. Pantas saja ia mengajakku berbuka puasa dengan gaya sok cool, ternyata buka puasanya di Mesjid.

Mesjid Syarbaini ini, memang setiap harinya selama Ramadhan mengadakan acara buka puasa bersama, semua kebutuhan disediakan oleh para dermawan setempat. Biasanya mahasiswa sekitar Nasr City berbuka puasa di sini.

Antara kesal dan kagum dengan ulah si Ilham ini, aku tak akan melupakan kejadian ini seumur hidupku. Aku juga salut dengan para dermawan Mesir yang beramal dengan cara ini, terlebih memberi panganan berbuka kepada setiap muslim adalah hal yang sangat mulia. Semoga kebaikan muhsinin ini diberi ganjaran yang berlipat ganda oleh Allah. SWT. Amin.

Semoga kita juga mampu saling berbagi dan memberi di bulan yang penuh berkah ini.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel