Showing posts with label KMA Mesir. Show all posts
Showing posts with label KMA Mesir. Show all posts

Wednesday, November 21, 2018

TELISIK AL-AZHAR MESIR


Oleh : Furqan Ar-Rasyid (Mahasiswa Al-Azhar Mesir Tingkat Akhir)
Sekilas tentang Universitas Al-Azhar, Mesir.
TELISIK AL-AZHAR MESIR
Mesjid Al-Azhar, Cairo, Mesir

TELISIK AL-AZHAR MESIR - Universitas Al-Azhar didirikan pertama kali pada tahun 970 M oleh panglima Jauhar al-Shiqilly, kemudian dibuka resmi dengan pelaksanaan salat jumat bersama tepat tanggal 7 Ramadan tahun 972 M. Di usianya yang sangat renta, lembaga pendidikan ini tak pernah bosan membidani lahirnya ulama dan cendikiawan. “Mesjid sekaligus institusi tertua,” itulah penghargaan sejarah buatnya.

Kehadiran Al-Azhar, tidak terlepas dari andil besar Dinasti Fathimiyah (358 H/969 M). Ketika itu Khalifah al-Mu’iz li Dinillah menugaskan Panglimanya Jauhar al-Shiqilly untuk membangun pusat pemerintahan. Sudah menjadi kebiasaaan, setiap pergantian kekuasaan dan daulah selalu ditandai dengan pembangunan mesjid di pusat ibu kota. Setelah melalui tahapan pembangunan, daerah ini dikenal dengan nama al-Qahirah dengan mesjidnya yang bernama Jami’ al-Qahirah.

Pada masa Khalifah al-Mu’iz li Dinillah disekitar Jami’ al-Qahirah dibangun beberapa istana megah dan dipisahkan oleh sebuah taman nan indah. Karena kondisi Jami’ al-Qahirah yang indah dan bercahaya ini, orang pun menyebut Jami’ al-Qahirah dengan sebutan baru, Jami’ Al-Azhar (berasal dari kata Zahra’ artinya: yang bersinar, bercahaya, berkilauan). Proses belajar terus digalakkan  disini dengan penekanan utama pada ilmu-ilmu agama dan bahasa.

Pada masa pemerintahan Shalahuddin al-Ayyubi (567 H/1171 M), Al-Azhar sempat diistirahatkan sementara waktu dan membentuk lembaga alternatif guna mengikis pengaruh syiah, pada dekade inilah terjadi perubahan orientasi besar-besaran dari mazhab Syi’ah ke mazhab Sunni yang berlaku hingga sekarang.

Tahun 1930, ditetapkan 3 Fakultas utama dalam tubuh Universitas Al-Azhar, yaitu Fakultas Syari’ah, Ushuluddin dan Bahasa Arab, hingga berdirinya Fakultas Dakwah di tahun 1978.

Sedang untuk Fakultas dirasat Islamiyah, awalnya adalah salah jurusan yang ada pada Fakultas Syariah,  yang kemudian setelah berlakunya keppres no. 7 tahun 1972 Fakultas ini berdiri sendiri dengan nama Ma’had Dirasat Islamiyah wal ‘Arabiyah (Institute of Islamic and Arabic Studies).

Sampai sekarang ini, kegiatan belajar-mengajar di Al-Azhar tidak pernah terhenti. Setiap tahunnya ribuan mahasiswa asing berdatangan dari berbagai belahan dunia, tujuan mereka hanya satu, yaitu menyerap ilmu dengan sebanyak-banyaknya di Universitas Al-Azhar ini.

“Universitas Al-Azhar”
Awal Berdiri : 24 Jumada al-Ula 359 H (970 M)
Pendiri : Jauhar al-Shiqilly
Peresmian : 7 Ramadan 361 H
Pengajar pertama : Qadhil Qudhah Abu al-Hasan Ali bin Nu’man al-Qairawani(mengajar Fiqh mazhab Syi’ah dari kitab Mukhtashar)
Direktur pertama : Bahadir al-Tawasyi
Syeikh  Al-Azhar pertama : Syeikh Muhammad al-Khurasyi
Pengubah orientasi dari Syi’ah ke Sunni : Salahuddin al-Ayyubi




Secara umum, pendidikan yang ada di Universitas Al-Azhar dibagi menjadi dua : ‘Ilmi(sains) dan Adaby (agama). Letak kedua kampus tersebut juga terpisah meskipun tetap dalam wilayah kota Kairo.  Fakultas-fakultas ‘ilmy sebagian besar berada di wilayah Nasr City, Sedangkan Adaby berada di daerah Husein, Darrasah.

Sudah menjadi kebijakan Al-Azhar, menjadikan lokasi kampus yang berbeda antara mahasiswa dan mahasiswi, kampus mahasiswi terletak di kawasan Nasr City untuk untuk sains dan agama.
Selain di ibukota Kairo, Al-Azhar juga membuka cabangnay di berbagai propinsi di Mesir, seperti di Alexandria, Tanta, Mansurah, Zaqaziq, Asyut, Dimyat dan Sebagainya.

Belajar di Al-Azhar.
Suasana belajar di Negeri pyramid ini sangatlah berbeda dengan belajar di Tanah ibu, Musim panas dan musim dingin tentu menjadi tantangan tersendiri bagi seorang talibul ilmi. Kuliah yang di gelar ketika musim dingin bersama jaket tebal, ujian semester di tengah puncak musim dingin, menjadi kenangan yang tak terlupakan bagi mahasiswa di sini.

Di tengah suasana liburan musim panas pun mahasiswa di sini masih menyempatkan talaqqi atau belajar, ketika Universitas libur selama 3 bulan setiap tahunnya, mahasiswa disini menyibukkan diri dengan belajar langsung atau halaqah keilmuan bersama para syeikh,  atau kegiatan lainnya, seperti beorganisasi, mengikuti Les bahasa asing dan lain sebagainya.

Suasana di dalam ruang kuliah pun sangat berbeda, untuk srata I misalnya,  kuliah digelar layaknya kuliah umum di sebuah aula, para pengajar dilengkapi denganmicrophone agar suaranya terdengar jelas, maklum saja satu ruangan diisi ratusan mahasiwa. Sedikit telat saja, kita tak akan mendapat tempat duduk dan harus berdiri sampai materi kuliah selesai.

Sukses atau tidaknya kuliah di Al-Azhar sebenarnya sangat bergantung pada diri kita sendiri. Ketekunan dan keseriusan seorang mahasiwa sangat dituntut di sini,  tidak ada istilah pendekatan ke Dosen atau sebagainya, tidak ada istilah curang ketika ujian. Semua yang dihasilkan adalah murni hasil keringat sendiri.  Anda tidak percaya? Silahkan nyontek ketika ujian, walhasil Al-Azhar men-skorsing  Anda 2 tahun tidak diperbolehkan kuliah.

Lain lagi kalau bercerita tentang hasil ujian, Alhamdulillah jika semua mata kuliah berhasil Anda lewati, Anda bisa beranjak ke tingkat atau semester berikutnya, namun bila ada 3 saja mata kuliah yang gagal, anda terpaksa harus mengulang tahun depan, tidak ada istilah remedial atau perbaikan nilai.  di Al-Azhar juga tidak diberlakukan absen atau daftar hadir, tidak ada hubungannya kehadiran dengan nilai dan keilmuan, siapa yang sadar akan pentingnya ilmu, insya Allah ia akan selalu hadir kuliah, siapa yang lalai ia akan tertinggal, Al-Azhar tidak akan memaksakan Anda untuk kuliah.

Belajar di Universitas Al-Azhar semuanya beranjak dari kesadaran, sebesar mana kesadaranmu, sebesar itulah keuntunganmu. Semuanya dimulai dengan keikhlasan niatlillahi ta’ala. Tanpa paksaan, tanpa dorongan dan tanpa iming-iming sesuatu. Semoga ilmu yang kita pelajari selama di Al-Azhar bisa bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa ini. Amin.



Tuesday, November 20, 2018

KMA, BEGINI DAN BEGITU!


KMA, BEGINI DAN BEGITU!Saya memang tidak melakukan banyak hal untuk KMA, namun saya sadar eksistensi KMA itu akan selalu ada. Barangkali pada awalnya Saya termasuk satu diantara sekian banyak yang ‘mencibir’ KMA karena toleransi KMA yang begitu besar kepada anggotanya, Saya selalu tidak puas manakala KMA tidak mampu menjadikan anggotanya harus begini; harus begitu; seperti yang diinginkan KMA.

Sementara di sisi lain, mungkin ada beberapa diantara kita yang memiliki visi besar untuk KMA. Sebagiannya berkoar; KMA harus seperti ini; KMA tidak boleh seperti itu; kita harus merubahnya menjadi begini; menjadi begitu dan seterusnya. Sebagiannya hanya diam menerima dengan tulus segala hal ihwal KMA. Sebagian lainnya berontak barangkali. Wajar saja! Sangat wajar sekali.

Begitulah adanya kita, dengan beribu rencana, dengan beribu ide untuk selalu berbuat untuk KMA. Kita selalu menginginkan kemajuan KMA dari waktu ke waktu. Menjadikan KMA terus dewasa dan terus mandiri dengan segala kekurangan dan mimpi-mimpinya. Dan Insya Allah, kita akan terus berbenah!

KMA, BEGINI DAN BEGITU!
Logo KMA Mesir
KMA adalah sebuah keluarga, Saya suka penggalan itu. Kedengarannya lebih asyik dan lebih ramah, ada rasa hormat bila dikatakan sebuah keluarga, sebab di sana ada ayah dan ibu yang telah membesarkan kita, mengayomi kita. Lain halnya bila kita mendengar kata ‘Organisasi’, yang terbayang hanyalah garis-garis struktural pemisah rasa hormat, kasih sayang dan tanggung jawab. Berakhir kepengurusan, maka terhapuslah garis-garis itu.

Tentu saja berbeda dengan keluarga, sampai kapanpun kenyamanan dan kesetiaan akan selalu ada. Bayangkan diri anda berada dalam keluarga anda sendiri. Keakraban dan kehangatan akan selalu ada di sana. Jika ada satu diantara anggota keluarga yang sakit, maka seperti ada yang berkurang. Anggota keluarga lainnya juga akan merasa sakit. KMA, begitulah adanya.

Saya lebih melihat KMA ini adalah keluarga awal sebelum kita terjun ke keluarga yang lebih besar. Banyak hal yang terjadi di luar sana, sudah pernah kita alami dan kita  pelajari dalam keluarga ini. Tidak banyak yang berubah, hanya saja porsi di luar tentu lebih besar. Sedang aturan mainnya Saya kira sama saja.
Di sini kita belajar memonitor bagaimana menempatkan diri dalam sebuah keluarga, cara bergaul, cara beradaptasi, cara menangkap permasalahan, menentukan pilihan, melejitkan potensi dan lain sebagainya. Saya rasa kita maklum untuk yang satu ini.

Kembali ke persoalan begini dan begitu tadi, bagaimana kalau kita sepakati untuk mimpi yang sederhana saja, tidak terlalu muluk-muluk, tidak terlalu ambisius untuk langsung menginjakkan anak tangga yang ke lima, sedangkan tangga satu, dua, tiga dan empat belum kita lewati?

Sekecil apapun itu, apapun yang kita miliki, kemampuan apapun yang anda bisa. berikanlah walau sedikit untuk KMA.




Furqan Ar-Rasyid (sekretaris KMA 2012-2013)
telah dimuat di rubrik suara pengurus di buletin el-Asyi KMA (keluarga Mahasiswa Aceh) Mesir.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel