TAKHRIJ HADITS, PENGERTIAN DAN METODENYA
![]() |
http://belajar-ilmu-hadist.blogspot.co.id/; Image by Google |
TAKHRIJ HADITS, PENGERTIAN DAN METODENYA
PENGERTIAN TAKHRIJ HADITS
A. Pengertian Bahasa
Kata "takhrij"
merupakan bentuk masdar dari kata "khorroja" (خرج)
yang makna asalnya adalah "mengeluarkan". Namun dalam penggunaannya
kata ini memiliki beberapa arti sebagai berikut:
1. Menggali/meneliti
secara mendalam (al-Istinbath).
2. mengarahkan kearah yang
benar (at-Taujih).
3. Melatih kemampuan dan
mengajar (at-Tadrib).
4. Menjelaskan/menampakkan
(adh-Dhuhur wa al-Ibroz).
B. Pengertian Istilah
Dalam istilah ilmu hadits,
para ulama' memberikan beberapa pengertian (definisi/ta'rif) mengenai takhrij :
1. Takhrij hadits adalah:
Mengeluarkan satu hadits dan menampakkannya pada semua orang, sengan
menyebutkan sanad dan matannya.
Semisal ungkapan seseorang
setelah menukil sebuah hadits, ia mengatakan "Ini merupakan hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhori", maka maksudnya adalah hadits tersebut
ditampakkan dan dijelakan matan dan sanad haditsnya secara lengkap oleh Imam
Bukhori.
2. Takhrij hadits adalah:
Mengeluarkan hadits-hadits yang terdapat dalam satu kitab tertentu, dengan menyebutkan
sanad orang yang mentakhrij hadits tersebut yang disebutkan oleh penulis kitab
tertentu".
Semisal kitab
"Al-Adzkar" karya Imam Nawawi, Imam Al-Hafidh Ibnu Hajar mentakhrij
hadits-hadits yang terdapat dalam kitab tersebut, meskipun Imam Nawawi tidak
mencantumkan sanad hadits-hadits dalam kitab tersebut., Imam Nawawi tidak
mencantumkan sanad hadits-hadits yang termuat dalam kitab Al-Adzkar karena
menganggap cukup mencantumkan hadits dengan menyebutkan kitab-kitab sumber
pengambilan hadits tersebut dan karena memang tujuan awal penulisan meringkas
penjelasan seputar do'a dan dzikir karena itu sanad-sanad haditsnya sengaja
tidak dicantumkan.
Karena kitab tersebut
tidak mencantumkan sanad haditsnya, maka Imam Ibnu Hajar mentakhrij
hadits-hadits yang terdapat dalam kitab tersebut dengan memakai sanad yang
dimiliki oleh Ibnu Hajar, maka apa yang dilakukan oleh Imam Ibnu hajar tersebut
juga dinamakan takhrij, karena itu beliau memberi judul kitab yang mentakhrij
hadits-hadits Al-Adzkar tersebut dengan judul "Nata'ij al-Afkar fi Takhrij
Ahadits al-Adzkar an-Nawawi".
3. Takhrij adalah :
Menunjukkan sumber suatu hadits dalam kitab-kitab asalnya yang meriwayatkan
hadits tersebut beserta sanadnya, dan menjelaskan derajat haditsnya ketika
memang diperlukan.
Berdasarkan pengertian
diatas kita dapat mengetahui bahwa unsur utama takhrij hadits ada dua, yaitu :
- Menunjukkan sumber asal
hadits (ad-Dilalah wa al-Azwu), dan
- Menjelaskan derajat
haditsnya (bayanul martabah).
Metode Takhrij Hadis
Istilah takhrij sering
kita dengar dalam khazanah ilmu hadis. Takhrij secara bahasa bermakna
menyatukan dua hal yang berbeda. Ia seakar dengan kharaja-yukharriju-takhrij.
Kata takhrij juga bermakna istinbat (menggali, mengeluarkan), tadrib
(pembiasaan, latihan), taujih (penjelasan), ibraz (mengeluarkan), dan
izhar (melahirkan).
Secara istilah dalam ilmu hadis, takhrij bermakna upaya untuk mengetahui sumber kitab utama suatu hadis, menelusuri dan menilai rangkaian silsilah para periwayat hadis tersebut, menjelaskan tingkatannya serta mempertimbangkan apakah hadis tersebut dapat dijadikan suatu dalil.
Takhrij hadis ini sangat diperlukan. Misal jika kita menemukan hadis yang berunyi, "Agama yang paling dicintai Allah adalah agama yang toleran." Matan (isi) hadis tersebut tidak menjelaskan siapa sumbernya dan kemungkinan hadis itu potongan dari sebuah hadis yang panjang. Maka untuk menelusuri darimana potongan kalimat hadis itu berasal, dibutuhkan ilmu takhrij hadis.
Ulama menurut Ensiklopedi Islam membagi beberapa metode dalam ilmu takhrij hadis. Pertama, takhrij berdasarkan awal kata dari isi hadis. Guna melakukannya terlebih dahulu harus diketahui seluruh atau minimal awal dari matan hadis tersebut. Yang juga penting adalah huruf awal dari kata yang paling awal dalam matan hadis tersebut.
Misalnya hadis, man gassana fa laisa minna (barang siapa menipu, bukan umatku). Potongan hadis ini dapat ditelusuri dari kitab takhrij bab mim dan nun karena huruf awal dan kedua dari kata tersebut terdiri dari huruf mim dan nun. Pada kitab takhrij akan ditemui hadis utama yang mencantumkan hadis tersebut ada di kitab mana saja.
Keberadaan kitab takhrij yang disusun berdasar metode alfabetis ini sangat penting. Beberapa ulama menuliskan kitab takhrij dengan model ini, seperti al-Jami as-Sagir min Hadis al-Basyir an-Nazir, al-Farh al-Kabir fi Damni az-Ziyadah ila al_jami as-Sagir, dan Jam'u al-Jawami' karya Imam Suyuti. Ada pula Kanz al-Haqaid fi Hadis Khair al-Khalaiq karya Abdur Rauf bin Tajuddin Ali.
Metode kedua dengan mendasarkan pada lafal-lafal matan hadis. Metode ini dilakukan dengan cara menelusuri hadis berdasarkan huruf awal kata dasar pada lafal-lafal yang ada pada matan hadis. Baik itu berupa ism (kata benda) maupun fi'il (kata kerja). Dalam metode ini huruf tidak dijadikan pegangan.
Misal terdapat hadis, innama al-a'mal bi an-niyyat (sesungguhnya setiap amal tergantung dari niat). Hadis ini dapat ditelusuri dari lafal al-a'mal dari ain sebagai huruf awal dari kata dasar al- a'mal yakni amal atau amalan.
Beberapa kitab takhrij yang menggunakan metode ini, antara lain, al-Mu'jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadis an-Nabawi karya AJ Weinsinck yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Dr Muhammad Fu'ad Abdul Baqi. Muhammad Fu'ad Abdul Baqi juga menulis Fihris Sahih Muslim (Indeks Shahih Muslim)
Metode ketiga adalah takhrij menggunakan perawi paling atas. Menelusuri hadis dengan cara ini lebih dahulu harus mengetahui perawi paling atas dari hadis tersebut. Kitab-kitab yang memuat hadis dengan metode ini, antara lain, Musnad Imam Ahmad karya Imam Ahmad, Atraf as-Sahihain karya Abu Mas'ud Ibrahim bin Muhammad, Atrar Kutub as-Sittah karya Syamsuddin Abu al-Fadl.
Metode keempat berdasarkan tema. Penelusuran dilakukan berdasar tema bahasan hadis apakah hukum, fikih, tafsir, atau yang lain. Contoh kitab yang memakai metode ini adalah Kanz al-Ummal fi Sunan al-Aqwal wa al-Af'al karya al-Burhanpuri, al Mughni Haml al-Asfar fi Takhrij ma fi al-Ihya min al-Akhbar karya al-Iraqi.
Kelima, metode berdasar sifat lahir hadis. Cara penelusuran ini dilakukan misal pada hadis mutawatir, qudsi, mursal, dan maudu. Para ulama mengumpulkan hadis-hadis mutawatir dalam satu kitab seperti al- Azhar al-Mutanasirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah karya Imam Suyuti. Kitab yang memuat hadis qudsi di antaranya al-Ittihafat as-Sunniah fi al-Ahadis al-Qudsiah karya al-Madani. n ed: hafidz muftisany
Secara istilah dalam ilmu hadis, takhrij bermakna upaya untuk mengetahui sumber kitab utama suatu hadis, menelusuri dan menilai rangkaian silsilah para periwayat hadis tersebut, menjelaskan tingkatannya serta mempertimbangkan apakah hadis tersebut dapat dijadikan suatu dalil.
Takhrij hadis ini sangat diperlukan. Misal jika kita menemukan hadis yang berunyi, "Agama yang paling dicintai Allah adalah agama yang toleran." Matan (isi) hadis tersebut tidak menjelaskan siapa sumbernya dan kemungkinan hadis itu potongan dari sebuah hadis yang panjang. Maka untuk menelusuri darimana potongan kalimat hadis itu berasal, dibutuhkan ilmu takhrij hadis.
Ulama menurut Ensiklopedi Islam membagi beberapa metode dalam ilmu takhrij hadis. Pertama, takhrij berdasarkan awal kata dari isi hadis. Guna melakukannya terlebih dahulu harus diketahui seluruh atau minimal awal dari matan hadis tersebut. Yang juga penting adalah huruf awal dari kata yang paling awal dalam matan hadis tersebut.
Misalnya hadis, man gassana fa laisa minna (barang siapa menipu, bukan umatku). Potongan hadis ini dapat ditelusuri dari kitab takhrij bab mim dan nun karena huruf awal dan kedua dari kata tersebut terdiri dari huruf mim dan nun. Pada kitab takhrij akan ditemui hadis utama yang mencantumkan hadis tersebut ada di kitab mana saja.
Keberadaan kitab takhrij yang disusun berdasar metode alfabetis ini sangat penting. Beberapa ulama menuliskan kitab takhrij dengan model ini, seperti al-Jami as-Sagir min Hadis al-Basyir an-Nazir, al-Farh al-Kabir fi Damni az-Ziyadah ila al_jami as-Sagir, dan Jam'u al-Jawami' karya Imam Suyuti. Ada pula Kanz al-Haqaid fi Hadis Khair al-Khalaiq karya Abdur Rauf bin Tajuddin Ali.
Metode kedua dengan mendasarkan pada lafal-lafal matan hadis. Metode ini dilakukan dengan cara menelusuri hadis berdasarkan huruf awal kata dasar pada lafal-lafal yang ada pada matan hadis. Baik itu berupa ism (kata benda) maupun fi'il (kata kerja). Dalam metode ini huruf tidak dijadikan pegangan.
Misal terdapat hadis, innama al-a'mal bi an-niyyat (sesungguhnya setiap amal tergantung dari niat). Hadis ini dapat ditelusuri dari lafal al-a'mal dari ain sebagai huruf awal dari kata dasar al- a'mal yakni amal atau amalan.
Beberapa kitab takhrij yang menggunakan metode ini, antara lain, al-Mu'jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadis an-Nabawi karya AJ Weinsinck yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Dr Muhammad Fu'ad Abdul Baqi. Muhammad Fu'ad Abdul Baqi juga menulis Fihris Sahih Muslim (Indeks Shahih Muslim)
Metode ketiga adalah takhrij menggunakan perawi paling atas. Menelusuri hadis dengan cara ini lebih dahulu harus mengetahui perawi paling atas dari hadis tersebut. Kitab-kitab yang memuat hadis dengan metode ini, antara lain, Musnad Imam Ahmad karya Imam Ahmad, Atraf as-Sahihain karya Abu Mas'ud Ibrahim bin Muhammad, Atrar Kutub as-Sittah karya Syamsuddin Abu al-Fadl.
Metode keempat berdasarkan tema. Penelusuran dilakukan berdasar tema bahasan hadis apakah hukum, fikih, tafsir, atau yang lain. Contoh kitab yang memakai metode ini adalah Kanz al-Ummal fi Sunan al-Aqwal wa al-Af'al karya al-Burhanpuri, al Mughni Haml al-Asfar fi Takhrij ma fi al-Ihya min al-Akhbar karya al-Iraqi.
Kelima, metode berdasar sifat lahir hadis. Cara penelusuran ini dilakukan misal pada hadis mutawatir, qudsi, mursal, dan maudu. Para ulama mengumpulkan hadis-hadis mutawatir dalam satu kitab seperti al- Azhar al-Mutanasirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah karya Imam Suyuti. Kitab yang memuat hadis qudsi di antaranya al-Ittihafat as-Sunniah fi al-Ahadis al-Qudsiah karya al-Madani. n ed: hafidz muftisany
Sumber :
http://www.fikihkontemporer.com/2014/04/kajian-takhrij-hadits-pengertian.html
http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/15/05/29/np3yki2-macammacam-metode-takhrij-hadis