Showing posts with label Hadits & Mustalah. Show all posts
Showing posts with label Hadits & Mustalah. Show all posts

Thursday, November 15, 2018

Takhrij Hadits, pengertian dan metodenya

TAKHRIJ HADITS, PENGERTIAN DAN METODENYA 

TAKHRIJ HADITS, PENGERTIAN DAN METODENYA
http://belajar-ilmu-hadist.blogspot.co.id/; Image by Google

TAKHRIJ HADITS, PENGERTIAN DAN METODENYA 


PENGERTIAN TAKHRIJ HADITS

A. Pengertian Bahasa

Kata "takhrij" merupakan bentuk masdar dari kata "khorroja" (خرج) yang makna asalnya adalah "mengeluarkan". Namun dalam penggunaannya kata ini memiliki beberapa arti sebagai berikut:

1. Menggali/meneliti secara mendalam (al-Istinbath).

2. mengarahkan kearah yang benar (at-Taujih).

3. Melatih kemampuan dan mengajar (at-Tadrib).

4. Menjelaskan/menampakkan (adh-Dhuhur wa al-Ibroz).


B. Pengertian Istilah

Dalam istilah ilmu hadits, para ulama' memberikan beberapa pengertian (definisi/ta'rif) mengenai takhrij :

1. Takhrij hadits adalah: Mengeluarkan satu hadits dan menampakkannya pada semua orang, sengan menyebutkan sanad dan matannya.

Semisal ungkapan seseorang setelah menukil sebuah hadits, ia mengatakan "Ini merupakan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori", maka maksudnya adalah hadits tersebut ditampakkan dan dijelakan matan dan sanad haditsnya secara lengkap oleh Imam Bukhori.

2. Takhrij hadits adalah: Mengeluarkan hadits-hadits yang terdapat dalam satu kitab tertentu, dengan menyebutkan sanad orang yang mentakhrij hadits tersebut yang disebutkan oleh penulis kitab tertentu".

Semisal kitab "Al-Adzkar" karya Imam Nawawi, Imam Al-Hafidh Ibnu Hajar mentakhrij hadits-hadits yang terdapat dalam kitab tersebut, meskipun Imam Nawawi tidak mencantumkan sanad hadits-hadits dalam kitab tersebut., Imam Nawawi tidak mencantumkan sanad hadits-hadits yang termuat dalam kitab Al-Adzkar karena menganggap cukup mencantumkan hadits dengan menyebutkan kitab-kitab sumber pengambilan hadits tersebut dan karena memang tujuan awal penulisan meringkas penjelasan seputar do'a dan dzikir karena itu sanad-sanad haditsnya sengaja tidak dicantumkan.

Karena kitab tersebut tidak mencantumkan sanad haditsnya, maka Imam Ibnu Hajar mentakhrij hadits-hadits yang terdapat dalam kitab tersebut dengan memakai sanad yang dimiliki oleh Ibnu Hajar, maka apa yang dilakukan oleh Imam Ibnu hajar tersebut juga dinamakan takhrij, karena itu beliau memberi judul kitab yang mentakhrij hadits-hadits Al-Adzkar tersebut dengan judul "Nata'ij al-Afkar fi Takhrij Ahadits al-Adzkar an-Nawawi".

3. Takhrij adalah : Menunjukkan sumber suatu hadits dalam kitab-kitab asalnya yang meriwayatkan hadits tersebut beserta sanadnya, dan menjelaskan derajat haditsnya ketika memang diperlukan.

Berdasarkan pengertian diatas kita dapat mengetahui bahwa unsur utama takhrij hadits ada dua, yaitu :

- Menunjukkan sumber asal hadits (ad-Dilalah wa al-Azwu), dan

- Menjelaskan derajat haditsnya (bayanul martabah).

Metode Takhrij Hadis
Istilah takhrij sering kita dengar dalam khazanah ilmu hadis. Takhrij secara bahasa bermakna  menyatukan dua hal yang berbeda. Ia seakar dengan kharaja-yukharriju-takhrij. Kata takhrij juga  bermakna istinbat (menggali, mengeluarkan), tadrib (pembiasaan, latihan), taujih  (penjelasan), ibraz (mengeluarkan), dan izhar (melahirkan).

Secara istilah dalam ilmu hadis, takhrij bermakna upaya untuk mengetahui sumber kitab utama suatu  hadis, menelusuri dan menilai rangkaian silsilah para periwayat hadis tersebut, menjelaskan  tingkatannya serta mempertimbangkan apakah hadis tersebut dapat dijadikan suatu dalil.

Takhrij hadis ini sangat diperlukan. Misal jika kita menemukan hadis yang berunyi, "Agama yang  paling dicintai Allah adalah agama yang toleran." Matan (isi) hadis tersebut tidak menjelaskan  siapa sumbernya dan kemungkinan hadis itu potongan dari sebuah hadis yang panjang. Maka untuk  menelusuri darimana potongan kalimat hadis itu berasal, dibutuhkan ilmu takhrij hadis.

Ulama menurut Ensiklopedi Islam membagi beberapa metode dalam ilmu takhrij hadis. Pertama,  takhrij berdasarkan awal kata dari isi hadis. Guna melakukannya terlebih dahulu harus diketahui  seluruh atau minimal awal dari matan hadis tersebut. Yang juga penting adalah huruf awal dari kata yang  paling awal dalam matan hadis tersebut.

Misalnya hadis, man gassana fa laisa minna (barang siapa menipu, bukan umatku). Potongan hadis ini  dapat ditelusuri dari kitab takhrij bab mim dan nun karena huruf awal dan kedua dari kata tersebut  terdiri dari huruf mim dan nun. Pada kitab takhrij akan ditemui hadis utama yang mencantumkan hadis  tersebut ada di kitab mana saja.

Keberadaan kitab takhrij yang disusun berdasar metode alfabetis ini sangat penting. Beberapa ulama  menuliskan kitab takhrij dengan model ini, seperti al-Jami as-Sagir min Hadis al-Basyir  an-Nazir, al-Farh al-Kabir fi Damni az-Ziyadah ila al_jami as-Sagir, dan Jam'u al-Jawami'  karya Imam Suyuti. Ada pula Kanz al-Haqaid fi Hadis Khair al-Khalaiq karya Abdur Rauf bin Tajuddin  Ali.

Metode kedua
dengan mendasarkan pada lafal-lafal matan hadis. Metode ini dilakukan dengan cara  menelusuri hadis berdasarkan huruf awal kata dasar pada lafal-lafal yang ada pada matan hadis. Baik  itu berupa ism (kata benda) maupun fi'il (kata kerja). Dalam metode ini huruf tidak dijadikan  pegangan.

Misal terdapat hadis, innama al-a'mal bi an-niyyat (sesungguhnya setiap amal tergantung dari niat).  Hadis ini dapat ditelusuri dari lafal al-a'mal dari ain sebagai huruf awal dari kata dasar al- a'mal yakni amal atau amalan.

Beberapa kitab takhrij yang menggunakan metode ini, antara lain, al-Mu'jam al-Mufahras li Alfaz  al-Hadis an-Nabawi karya AJ Weinsinck yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Dr Muhammad Fu'ad  Abdul Baqi. Muhammad Fu'ad Abdul Baqi juga menulis Fihris Sahih Muslim (Indeks Shahih Muslim)

Metode ketiga adalah takhrij menggunakan perawi paling atas. Menelusuri hadis dengan cara ini lebih  dahulu harus mengetahui perawi paling atas dari hadis tersebut. Kitab-kitab yang memuat hadis dengan  metode ini, antara lain, Musnad Imam Ahmad karya Imam Ahmad, Atraf as-Sahihain karya Abu Mas'ud  Ibrahim bin Muhammad, Atrar Kutub as-Sittah karya Syamsuddin Abu al-Fadl.

Metode keempat
berdasarkan tema. Penelusuran dilakukan berdasar tema bahasan hadis apakah hukum, fikih,  tafsir, atau yang lain. Contoh kitab yang memakai metode ini adalah Kanz al-Ummal fi Sunan al-Aqwal wa  al-Af'al karya al-Burhanpuri, al Mughni Haml al-Asfar fi Takhrij ma fi al-Ihya min al-Akhbar   karya al-Iraqi.

Kelima, metode berdasar sifat lahir hadis. Cara penelusuran ini dilakukan misal pada hadis mutawatir,  qudsi, mursal, dan maudu. Para ulama mengumpulkan hadis-hadis mutawatir dalam satu kitab seperti al- Azhar al-Mutanasirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah karya Imam Suyuti. Kitab yang memuat hadis qudsi  di antaranya al-Ittihafat as-Sunniah fi al-Ahadis al-Qudsiah karya al-Madani. n ed: hafidz muftisany



Sumber :

http://www.fikihkontemporer.com/2014/04/kajian-takhrij-hadits-pengertian.html

http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/15/05/29/np3yki2-macammacam-metode-takhrij-hadis


Pengertian Mustalah Hadits dan Pembagiannya

PENGERTIAN MUSTALAH HADITS

PENGERTIAN MUSTALAH HADITS
http://belajar-ilmu-hadist.blogspot.co.id/ Image by Google 

PENGERTIAN MUSTALAH HADITS

Ilmu mustalah hadits adalah ilmu yang dipakai untuk mengetahui keadaan rawi (periwayat hadits) dan hadits yang diriwayatkan (marwi) dari segi diterima atau ditolak yang akan dibuat sebagai dalil nash dalam pengambilan hukum. Dalam ilmu musthalah hadits terdapat kaidah-kaidah yang dengannya dapat dibedakan antara hadits yang maqbul (diterima) dan mardud (tertolak) atau diterima klaim perawi bahwa hadits tersebut berasal dari Nabi Muhammad. Para ulama menamakan ilmu ini dengan Musthalah Hadits yang salah satu fungsinya adalah untuk mengetahui rawi dan marwi yang diterima dan ditolak.

DAFTAR ISI


Definisi Musthalah Hadits
Fungsi dan Bagian Musthalah Hadits
Istilah-istilah dalam Musthalah Hadits
Macam-macam Hadits
Hadits Sahih
Hadits Hasan
Hadits Dhaif

DEFINISI ILMU MUSTALAH HADITS

Ilmu mustalah hadits adalah ilmu yang dipakai untuk mengetahui keadaan rawi (periwayat hadits) dan hadits yang diriwayatkan (marwi) dari segi diterima atau ditolak


FUNGSI DAN PEMBAGIAN MUSTALAH HADITS


Fungsi dari bidang ilmu mustholah hadits ini sebagaimana disinggung di muka adalah untuk kalangan mujtahid di dalam membantu mereka membedakan hadits sahih, dhaif, dan maudhuk (palsu) sebagai salah satu sumber utama (nash) dalam pengambilan hukum syariah.

Ilmu musthalah hadits ada dua macam yaitu (a) Ilmu hadits riwayah yaitu kajian sanad hadits dan perawinya. (b) Ilmu hadits dirayah yaitu kajian matan (kandungan) hadits itu sendiri.


ISTILAH-ISTILAH DALAM ILMU HADITS


- Sanad yaitu jalan yang menyampaikan kandungan (matan) hadits. Sanad adalah para perawi hadits (rijalul hadits). Para perawi hadits disebut sanad karena mereka menyandarkan pada sumbernya.

- Isnad yaitu menceritakan atau meriwayatkan dari jalur matan (kandungan hadits) atau riwayat perawi hadits.

- Matan yaitu kandungan hadits yang sampai pada sanad.

- Mukhrij (Arab:
المخرج) yaitu sebutan untuk para perawi hadits. Mukhrij adalah orang yang menuturkan para perawi hadits seperti Bukhari dan Muslim.

- Muhdits adalah orang yang mengetahui jalurnya hadits dan nama-nama perawi dan matan. Muhdits lebih tinggi dari musnid.

- Hafidz (bahasa Arab:
الحافظ) yaitu orang yang hafal 100.000 (seratus ribu) hadits secara matan dan isnad dan menguasai ilmu yang dibutuhkan.

- Hujjah yaitu orang yang menguasai 300.000 (tiga ratus ribu) hadits.

- Hakim adalah orang yang menguasai seluruh hadits yang diriwayatkan secara matan, isnad, jarh, ta'dil dan tarikh.


MACAM-MACAM HADITS



- HADITS SAHIH

Hadits Sahih yaitu hadits yang isnadnya sambung dengan sanad yang adil, dhabit (kuat hafalan) tanpa cela dan syadz. Ia bersifat dhanni, bukan yakin. Hadits sahih terbagi menjadi dua yaitu sahih li dzatihi dan sahih li ghairihi.

- - SAHIH LI DZATIHI (SAHIH DENGAN DIRINYA SENDIRI)

Hadits sahih lidzatihi adalah hadtis yang mencapai kualitas kesahihan tertinggi dalam segi diterimanya dalam arti setiap rantai sanad yang tersambung semua memenuhi syarat adil dan dhabit yang sempurna dari awal sampai akhir dan tidak mengandung unsur syadz (keanehan) dan illat (kekurangan).

- - SAHIH LI GHAIRIHI (SAHIH KARENA DUKUNGAN HADITS LAIN) 

Hadits sahih li ghairihi adalha hadits yang derajat kesahihannya sedikit lebih rendah dari hadits sahih li dzatihi dalam arti kedhabitan salah satu perawi tidak sempurna. Disebut sahih li ghairihi karena kesahihannya karena adanya dukungan dari hadits lain.

- HADITS HASAN


Hadits hasan adalah hadits yang sanadnya tersambung dengan sambungan yang dhabit tapi kurang sempurna dari awal sampai akhir hadits tapi selamat dari syudzudz dan illat. Hadits hasan ada dua macam yaitu hasan li dzatihi dan hasan li ghairihi.

- - HADITS HASAN LI DZATIHI

Hadits hasan li dzatihi adalah hadits yang sanadnya tersambung dengan sanad yang adil tapi tingkat dhabitnya tidak sempurna sejak dari awal sanad sampai akhir sanad tapi masih selamat dari syadz dan illat.

- - HADITS HASAN LI GHAIRIHI

Hasan li ghairihi adalah hadits yang salah satu sanadnya tertutup (mastur) dan tidak jelas keahliannya tapi tidak masuk kategori pelupa atau banyak melakukan kesalahan dalam meriwayatkan hadits dan tidak diduga berbuat kebohongan secara sengaja dan tidak dinisbatkan pada pelaku fasik yang lain dengan kata lain hadits hasan li ghairihi adalah hadits yang perawinya tidak memenuhi syarat menjadi hadits hasan li dzatihi.

- HADITS DHA'IF

Hadits dhaif adalah hadits yang yang tidak memiliki persyaratan atau kualitas sanad seperti yang dimiliki oleh hadits sahih dan hadits hasan. Hadits dhaif ada dua macam.

- - HADITS DHAIF YANG BOLEH DIAMALKAN


Yaitu hadits dhaif yang kelemahannya tidak mencegah untuk mengamalkan kandungan isinya. Hadits ini serupa dengan hadits hasan menurut istilah Imam Tirmidzi.

- - HADITS DHAIF YANG TIDAK BOLEH DIAMALKAN


Yaitu hadits dhaif yang kelemahannya membuat kita wajib meninggalkan kandungan isinya. Ia disebut juga dengan wahm.


------------

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel